Gunakan Gula Jagung Ternyata Tidak Begitu Baik Loh !
Gula jagung merupakan pengganti atau pengganti gula pasir biasa yang sering digunakan pada minuman bersoda dan jenis minuman rasa buah lainnya. Secara kimiawi, gula jagung fruktosa tinggi berbeda dari gula biasa.
Satu hal yang pasti, mengkonsumsi pemanis, baik itu gula jagung atau gula pasir biasa, dapat meningkatkan asupan kalori Anda. Tentu saja, jika Anda melakukannya dalam jangka panjang, kesehatan Anda ada harganya, seperti halnya risiko penyakit jantung dan diabetes.
Apakah gula jagung sehat?
Sebenarnya tidak ada yang mengetahui apakah gula jagung ini sehat atau tidak. Namun, Anda tetap tidak boleh mengkonsumsinya secara berlebihan.
Selain itu, jenis pemanis tertentu seperti gula jagung, yang sebelumnya disebut sirup jagung fruktosa tinggi, digunakan di hampir semua makanan olahan.
Di masa lalu, gula jagung menjadi populer di akhir 1970an ketika harga gula biasa meroket. Sementara itu, harga jagung cukup rendah karena adanya subsidi pemerintah. Gula jagung sering dipandang sebagai pemicu obesitas dan masalah penyakit lainnya. Jadi gula jagung untuk diet tidak dianjurkan.
Banyak yang berpikir bahwa gula jagung lebih buruk daripada gula biasa. Namun, para ahli sepakat bahwa tidak ada bukti kuat untuk mendukung klaim ini. Padahal, mengonsumsi tambahan gula atau pemanis tetap berdampak buruk bagi kesehatan Anda.
Proses Produksi Gula Jagung
Gula jagung terbuat dari jagung, yang biasanya merupakan makanan hasil rekayasa genetika. Pada tahap awal, jagung digiling untuk mendapatkan pati jagung yang dapat diolah menjadi sirup jagung.
Bahan utama dalam sirup jagung adalah glukosa. Agar rasanya lebih seperti gula pasir biasa (sukrosa), glukosa diubah menjadi fruktosa oleh enzim tertentu.
Apakah gula jagung baik untuk penderita diabetes mellitus?
Alasan utama pemanis tambahan tidak sehat adalah kandungan fruktosanya yang tinggi. Sementara itu, di dalam tubuh, hanya hati yang dapat memproses fruktosa dalam jumlah yang signifikan. Ketika kinerja hati kewalahan, fruktosa diubah menjadi lemak.
Lemak ini kemudian dapat bersarang di hati dan menyebabkan perlemakan hati. Tidak hanya itu, konsumsi fruktosa yang berlebihan juga dapat menyebabkan resistensi insulin, sindrom metabolik, obesitas, dan diabetes tipe 2.